Karang Taruna lahir pada
tanggal 26 September 1960 di Kampung Melayu Jakarta, melalui proses
Experimental Project Karang Taruna, kerjasama masyarakat Kampung Melayu/
Yayasan Perawatan Anak Yatim (YPAY) dengan Jawatan Pekerjaan Sosial/Departemen
Sosial. Pembentukan Karang Taruna dilatar belakangi oleh banyaknya anak-anak
yang menyandang masalah sosial antara lain seperti anak yatim, putus sekolah,
mencari nafkah membantu orang tua dsb. Masalah tersebut tidak terlepas dari
kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat kala itu.
MASA KELAHIRANNYA S/D
DIMULAINYA PELITA (1960 – 1969)
Tahun 1960–1969 adalah saat
awal dimana Bangsa Indonesia mulai melaksanakan pembangunan disegala bidang.
Instansi-Instansi Sosial di DKI Jakarta (Jawatan Pekerjaan Sosial/Departemen
Sosial) berupaya menumbuhkan Karang Taruna–Karang Taruna baru di kelurahan
melalui kegiatan penyuluhan sosial. Pertumbuhan Karang Taruna saat itu
terbilang sangat lambat, tahun 1969 baru terbentuk 12 Karang Taruna, hal ini
disebabkan peristiwa G 30 S/PKI sehingga pemerintah memprioritaskan
berkonsentrasi untuk mewujudkan stabilitas nasional.
DIMULAINYA PELITA HINGGA
MASUK GBHN (1969 – 1983)
Salah satu pihak yang berjasa
mengembangkan Karang Taruna adalah Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin
(1966-1977). Pada saat menjabat Gubernur, Ali Sadikin mengeluarkan kebijakan
untuk memberikan subsidi bagi tiap Karang Taruna dan membantu pembangunan
Sasana Krida Karang Taruna (SKKT). Selain itu Ali Sadikin juga menginstruksikan
Walikota, Camat, Lurah dan Dinas Sosial untuk memfungsikan Karang Taruna.
Tahun 1970 Karang Taruna DKI
membentuk Mimbar Pengembangan Karang Taruna (MPKT) Kecamatan sebagai sarana
komunikasi antar Karang Taruna Kelurahan. Sejak itu perkembangan Karang Taruna
mulai terlihat marak, pada Tahun 1975 dilangsungkanlah Musyawarah Kerja Karang
Taruna, dan pada moment tersebut Lagu Mars Karang Taruna ciptaan Gunadi Said
untuk pertama kalinya dikumandangkan.
Tahun 1980 dilangsungkan
Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Karang Taruna di Malang, Jawa Timur. Dan
sebagai tindak lanjutnya, pada tahun 1981 Menteri Sosial mengeluarkan Keputusan
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna dengan Surat Keputusan
Nomor. 13/HUK/KEP/I/1981 sehingga Karang Taruna mempunyai landasan hukum yang
kuat.
Tahun 1982 Lambang Karang
Taruna ditetapkan dengan Keputusan Menteri Sosial RI nomor.65/HUK/KEP/XII/1982,
sebagai tindak lanjut hasil Mukernas di Garut tahun 1981. Dalam lambang
tercantum tulisan Aditya Karya Mahatva Yodha (artinya: Pejuang yang
berkepribadian, berpengetahuan dan terampil)
Pada tahun 1983 Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengeluarkan TAP MPR Nomor II/MPR/1983 tentang
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang didalamnya menempatkan Karang Taruna
sebagai wadah pengembangan generasi muda.
MASUK GBHN SAMPAI TERJADINYA
KRISIS
§ Tahun
1984 terbentuknya Direktorat Bina Karang Taruna;
§ Tahun
1984-1987 sejumlah pengurus/aktivis Karang Taruna mengikuti Program Nakasone
menyongsong abad 21 ke Jepang dalam rangka menambah dan memperluas wawasan;
§ Tahun
1985 Menteri Sosial menyatakan sebagai Tahun Penumbuhan Karang Taruna,
sedangkan tahun 1987 sebagai Tahun KualitasKarang Taruna;
§ Karang
Taruna Teladan Tahun 1988 berhasil merumuskan: Pola Gerakan Keluarga Berencana
Oleh Karang Taruna;
§ Tahun
1988 Pedoman Dasar Karang Taruna ditetapkan dengan Keputusan Menteri Sosial RI
no. 11/HUK/1988;
§ Kegiatan
Studi Karya Bhakti, Pekan Bhakti dan Porseni Karang Taruna merupakan kegiatan
dalam rangka mempererat hubungan antar Karang Taruna dari sejumlah daerah;
§ Sasana
Krida Karang Taruna (SKKT) sebagai sarana tempat Karang Taruna berlatih
dibidang-bidang pertanian dan peternakan.
§ Bulan
Bhakti Karang Taruna (BBKT) biasanya diselenggarakan dalam rangka ulang tahun
Karang Taruna. Merupakan forum kegiatan bersama antar Karang Taruna dari
sejumlah daerah bersama masyarakat setempat, kegiatannya berupa karya
bhakti/pengabdian masyarakat;
§ Tahun
1996 bekerjasama dengan Depnaker diberangkatkan 159 tenaga dari Karang Taruna
untuk magang kerja ke Jepang antara 1 s/d 3 tahun, dalam upaya meningkatkan
wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang usaha;
§ Pelibatan
Karang Taruna dalam kesehatan reproduksi remaja diadakan agar Karang Taruna
dapat berperan sebagai wahana Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) bagi remaja
warga karang Taruna;
KARANG TARUNA DALAM SITUASI
KRISIS (1997 – 2004)
Krisis moneter yang terjadi
tahun 1997 berkembang menjadi krisis ekonomi, yang dengan cepat menjadi krisis
multidimensi. Imbas dari krisis tersebut tak urung juga berdampak pada lambannya
perkembangan Karang Taruna. Puncaknya pada saat pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid membubarkan Departemen Sosial, Karang Taruna pada umumnya
mengalami stagnasi, bahkan mati suri. Konsolidasi organisasi terganggu
,aktivitas terhambat dan menurun bahkan cenderung terhenti. Hal tersebut
menyebabkan Klasifikasi Karang Taruna menurun walaupun masih ada Karang Taruna
yang tetap eksis.
Tahun 2001 Temu Karya Nasional
Karang Taruna dilaksanakan di Medan., Sumatera Utara. Hasilnya antara lain
menambah nama Karang Taruna menjadi Karang Taruna Indonesia, memilih Ketua Umum
Pengurus Nasional KTI, serta menyusun Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga
KTI. Hasil TKN tersebut memperoleh tanggapan yang berbeda-beda dari daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar